Pertama kali, ebola ditemukan pada 1976. Awalnya, virus ini diduga berasal dari gorila. Wabah ebola terhadap manusia terjadi ketika mereka memakan daging gorila. Namun, teori ini dibantah para ilmuwan. Pasalnya, jika hal ini benar, maka seharusnya lebih banyak kera yang terinfeksi dan kemudian mati ketimbang manusia.
Para ilmuwan percaya bahwa kelelawar adalah penyebar virus ini. Kesimpulan ini berdasarkan studi yang dipublikasikan oleh Emerging Infectious Diseases. Lembaga ini melakukan penelitian terhadap 276 kelelawar yang ditangkap di empat daerah di Banglades.
Penularan terjadi ketika kera dan manusia memakan makanan yang telah terkena air liur kelelawar. Bisa juga, kera atau manusia menyentuh benda-benda yang telah terkena air liur atau kelelawar, dan kemudian menyentuh mata dan mulut sendiri.
Wabah kali ini diduga bermula dari sebuah desa di dekat Gueckedou, Guinea, di mana berburu kelelawar adalah hal yang lumrah, menurut Doctors Without Borders.
Virus mematikan Ebola sudah masuk ke Amerika Serikat dan membuat negera adidaya itu bersiaga untuk menghentikan penyebaran yang lebih luas.
Robot kecil sekitar setengah meter ini berfungsi membersihkan ruangan dari virus berbahaya dalam hitungan menit. Litte Moe diproyeksikan menjaga ruangan di rumah sakit di Dallas, yang merawat seorang yang diduga terinfeksi Ebola.
Diharapkan dengan robot ini, rumah sakit itu bebas Ebola. Robot ini memang dikhususkan untuk membasmi kuman dalam ruangan, kebetulan saat ini tengah muncul Ebola di AS.
Melansir Daily Mail, Rabu 8 Oktober 2014, Litte Moe saat ini tengah disiagakan pada 250 rumah sakit dan fasilitas kesehatan di Amerika Serikat, termasuk rumah sakit di Dallas tersebut.
Kinerja Little Moe tak main-main. Robot ini menggunakan xenon, gas tak beracun yang tak berwarna, untuk menghasilkan sinar ultraviolet yang nantinya digunakan menghancurkan virus.
Robot ini menyebarkan 1,5 tekanan per detik sampai area tiga meter setiap arah untuk membunuh virus Ebola. Saat sinar ultraviolet dipaparkan, Robot akan mengeluarkan sinar biru mirip kilatan.
Dilaporkan cahaya yang dihasilkan robot ini sangat terang, 25 ribu kali lebih terang dari sinar matahari.
"Robot kami menjamin ruang akan aman untuk pasien berikutnya, dengan menghancurkan kuman pada permukaan yang sensitif serta mampu membersihkan sudut dan celah ruangan," jelas juru bicara Xenex.
Disebutkan teknologi yang memanfaatkan sinar ultraviolet untuk mensterilkan ruangan, sebenarnya sudah ada dalam beberapa dekade. Tetapi, kemampuan pada robot Litte Moe menawarkan hal yang lebih canggih. Robot ini memiliki pemrosesan yang cepat dengan menggunakan xenon yang ditempatkan pada air raksa.
Basmi Ebola 2 menit
Sebagai perbandingan, mesin ultraviolet berbasis air raksa biasa butuh waktu satu jam untuk membasmi kuman dalam ruangan. Sedangkan robot Litte Moe hanya butuh waktu dua menit saja.
"Misi kami selalu untuk menghilangkan patogen yang menyebabkan infeksi dan berdampak pada kesehatan serta kehidupa jutaan pasien serta keluarga mereka. Dan, Ebola tak berbeda dengan pembasmian kuman lainnya," jelas Xenex dalam pernyataannya.
Juru bicara itu mengatakan virus Ebola sebenarnya mudah untuk dibunuh dibandingkan penyakit lainnya yang kebal pembasmian kuman. Robot ini berbiaya US$104 ribu sekitar Rp1,7 miliar.
Virus Ebola yang muncul sejak 1976, telah menyebar menjadi wabah simultan di Sudan dan Republik Demokratik Kongo.
Virus itu kini telah muncul di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat dan Spanyol. Gejala Ebola meliputi demam, kelemahan terus menerus, nyeri otot, sakit kepala, sakit tenggorokan diikuti dengan muntah-muntah, diare, ruam, ginjal dan gangguan fungsi hati. Dalam beberapa kasus terjadi pendarahan internal dan eksternal.
Ebola memiliki masa inkubasi panjang hingga 21 hari, artinya orang yang tertular dapat tak menyadari dirinya terinfeksi sampai munculnya gejala tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar